
Semua gambar yang saya buat adalah memakai teknik sendiri hasil dari eksperimen bertahun-tahun hingga akhirnya bisa memguasainya tanpa memakai standar teknik yang dibuat oleh para komikus kebanyakan (entah tekniknya sama atau tidak saya sendiri juga belum tahu. Maklum belum pernah sekolah komik). Jadi, walaupaun saya banyak mengambil referensi dari berbagai gambar yang sudah ada, tapi semua itu tidak memengaruhi teknik menggambar yang saya miliki. Walaupun saya akui terkadang gambar saya sering berubah-ubah, namun dibalik itu, saya jadi bisa menggambar dengan banyak jurus dan teknik dari komikus lain. Asalkan mau berusaha, semua tidak ada yang mustahil. Dengan mata "saringan" saya, semua teknik gambar bisa saya lahap dengan cepat, namun dengan tanpa meninggalkan teknik milik saya sendiri. Mengenai gambar saya yang itu-itu saja (yang ada di Blog ini), itu bukan berarti saya tidak bisa menggambar yang lain semacam manga.
Seperti tentang proyek terbaru saya berjudul "Santri Jaka Bendo", walaupun ada yang menilai gambar saya terlalu sederhana bila dibandingkan dengan gambar manga Jepang seperti Naruto, Bleach, Inuyasha, dll (kebetulan karakter yang saya buat memiliki jiwa yang sederhana dan santun, jadi gak perlu berpose yang aneh-aneh dan sok cool dengan wajah yang garang), itu semua karena saya ingin menggambarkan sebuah komik yang jauh dari pengaruh gambar Jepang (manga) dan lebih menonjolkan segi lokalnya. Coba pikir, ketika kita membuat sebuah komik lokal tetapi masih mengiblat dengan gambar-gambar non-lokal (manga Jepang), itu sama saja kita membuat komik luar negeri made in lokal. Jadi cuma isinya saja yang lokal, tapi 'pembungkus'nya non-lokal. Dalam hal ini, bukan maksud penulis untuk melarang siapapun menggambar manga. Semua orang bebas mau menggambar dengan teknik apa saja sesuai dengan selera yang disukai. Namun pesan penulis, jika memang kita ingin membuat gambar (karya komik) yang benar-benar lokal, tunjukkan bahwa keseluruhannya benar-benar lokal.
Tentang desain karakter, seting dan isi cerita, gaya bicara (bahasa), budaya, kebiasaan hidup dan emosi karakternya, penamaan tokoh, tempat dan yang lainnya harus bertemakan lokal. Walaupun semua itu terasa sulit, tapi cobalah! walau sebagian masih berbau Jepang atau Amerika, tapi saya yakin lama-kelamaan akan muncul ciri khas baru dari gambar-gambar khas Indonesia, asalkan ada kemauan dan pantang menyerah untuk selalu mengembangkannya. Ya, terus terang dalam hal ini dari penulis sendiri juga agak mengalami kesulitan. Tapi bertahun-tahun penulis berusaha untuk mengembangkan teknik lokal dan berangsur-angsur meninggalkan gaya gambar Jepang (manga) walaupun belum seratus persen (namanya juga usaha). Tentu saja, kita bisa menilai ke-khas-an gambar di suatu tempat atau negara dilihat dari banyaknya gambar yang memakai teknik orisinal yang sama di suatu tempat atau negara itu pula. Katakanlah Jepang, yang memiliki segudang seniman komik yang menghasilkan jutaan karya gambar yang sangat terkenal dan mampu menyihir milyaran orang-orang di dunia dengan gambar khasnya yang disebut manga. Entah kapan negara kita bisa sesukses mereka dan memiliki nama gambar sendiri. Marilah kita sebagai komikus lokal, jadilah pelopor untuk tujuan itu!
woiiii........ karyanya keren-keren lho!!!
BalasHapuskalo mau baca boleh liat dimana nih!!!!
GRATIS kan???? heheehe
Wah, gua mau tuh berguru sama lo untuk menjadi komikus.........
BalasHapus